Saturday 30 May 2015

AKUNTANSI AKTIVA TETAP



AKUNTANSI AKTIVA TETAP


1.1 PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Misalnya gedung yang digunakan sebagai tempat melaksanakankegiatan perusahaan (pabrik, kantor dan sebagainya), mesin-mesin yang digunakan untuk berproduksi atau melaksanakan kegiatan perusahaan tertentu dan aktiva lainnya yang sejenis.
Ciri-ciri aktiva tetap berwujud :
1.      Berwujud fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat dipegang atau diraba, karena bentuk fisiknya ada.
2.      Dibeli untuk dipakai bukan untuk dijual kembali. Artinya aktiva tetap yang dibeli oleh perusahaan dimaksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk diperjual belikan.
3.      Mempunyai masa manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun. Artinya aktiva-aktiva itu dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

Yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain :
1.      Tanah (land)
2.      Land improvement (pengembangan tanah), misalnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat jalan pejalan kaki disekeliling gedung, membuat pelataran parkir.
3.       Bangunan (Building)
4.      Mesin-mesin (Machinery)
5.      Peralatan (Equipment)

Aktiva tetap selalu dicatat sebesar nilai perolehnya (cost) yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva itu siap pakai dan dapat dipergunakan.
Jurnal nilai perolehan tanah :
Land                                        Rp xx
Cash                                        Rp. xx

Mis.
Dibeli sebidang tanah secara tunai dengan harga Rp. 50.0000.000, biaya balik
nama Rp. 1.000.0000, maka jurnalnya :
Land                                        Rp 51.000.000
Cash                                        Rp. 51.000.000

1.2 MASALAH-MASALAH AKUNTANSI UNTUK AKTIVA TETAP
Transaksi-transaksi yang menyangkut aktiva tetap biasanya meliputi jumlah rupiah yang besar karena harga aktiva tetap umumnya relatif mahal. Oleh sebab itu transaksi-transaksi aktiva tetap harus dicatat dengan teliti, kesalahan dalam pencatatan aktiva tetap akan mempunyai akibat yang besar terhadap kewajaran laporan keuangan.

Secara garis besar masalah-masalah akuntansi aktiva tetap dapat digolongkan menjadi 4, yaitu :
1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap
2. Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap
3. Biaya selama aktiva tetap dipakai
4. Pelepasan aktiva tetap

1.2.1 Penentuan harga perolehan aktiva tetap      
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Dibeli secara tunai.
Bila suatu Aktiva Tetap dibeli secara tunai, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dibayarkan.
Contoh :
Perusahaan membeli sebuah equipment secara tunai yang penawarannya Rp.5.000.000, karena harga pembayarannya dilakukan secara tunai, maka diperoleh discount 3 %.
Jurnal :
Equipment                   Rp. 4.850.000
Cash                            Rp. 4.850.000




b. Dibeli secara kredit
Bila suatu Aktiva Tetap dibeli secara kredit maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunainya, sedangkan bunga yang dibayar dari sisa cicilan tidak menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat dalam Interest Expense.
Contoh :
Dibeli sebuah kendaraan secara cicilan dengan harga Rp. 75.000.000, Down Payment Rp. 25.000.000 dan sisanya dicicil selama 10 kali cicilan, dibayar setiap setengah tahun sekali dan ditambah bunga 12 % per tahun yang dihitung dari sisa cicilan yang terutang.
Jurnal pada waktu membeli kendaraan :
Automobile                 Rp. 75.000.000
Cash                            Rp. 25.000.000
Contract Payable         Rp. 50.000.000

Bila menggunakan Sliding Rate (Effective Rate)
Jurnal Cicilan Pertama,
Contract Payable Rp. 5.000.000 à Rp. 50.000.000 : 10 kali
Interest Expense Rp. 3.000.000 à 6/12 x 12% x Rp. 50.000.000
Cash Rp. 8.000.000
Cicilan ke dua :
Contract Payable Rp. 5.000.000 à Rp. 50.000.000 : 10 kali
Interest Expense Rp. 2.700.000 à 6/12 x 12% x Rp. 45.000.000
Cash Rp. 7.700.000
Bila menggunakan Flat Rate (bunga tetap)
Cicilan Pertama :
Contract Payable Rp. 5.000.000 à Rp. 50.000.000 : 10 kali
Interest Expense Rp. 3.000.000 à 6/12 x 12% x Rp. 50.000.000
Cash Rp. 8.000.000

Cicilan ke dua :
Contract Payable Rp. 5.000.000 à Rp. 50.000.000 : 10 kali
Interest Expense Rp. 3.000.000 à 6/12 x 12% x Rp. 50.000.000
Cash Rp. 8.000.000
Jadi bila menggunakan sliding rate maka jumlah yang dibayarkan untuk setiap kali angsuran jumlahnya akan menurun sesuai dengan jumlah saldo yang masih tersisa, misalnya untuk angsuran pertama jumlah bunga yang harus dibayar sebesar Rp. 3.000.000, sedangkan untuk tahun ke dua sebesar Rp. 2.700.000. Sedangkan bila menggunakan flat rate jumlah bunga yang harus dibayarkan untuk setiap kali angsuran akan tetap yaitu sebesar Rp. 3.000.000. Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah saldo angsuran yang berbeda, yang satu berasal dari saldo awal yang tidak mengalami penurunan sedangkan yang satu berasal dari saldo setelah dikurangi dengan jumlah angsuran, sehingga jumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan juga berbeda.
c. Diperoleh dengan cara membuat sendiri
Bila suatu aktiva dibuat sendiri, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar biaya yang sebenarnya dikeluarkan, jika biaya yang dikeluarkan lebih besar dari harga pasar (Fair Market Value/FMV) aktiva yang sejenis maka selisihnya dianggap sebagai suatu pemborosan / kerugian.
Contoh :
Perusahaan membuat sendiri 3 unit lemari arsip dengan total biaya Rp. 8.200.000 adapun harga pasar dari ketiga lemari arsip tersebut sebesar Rp. 15.000.000.
Jurnal :
Equipment                               Rp. 8.200.000
Cash                                        Rp. 8.200.000
Tetapi jika biaya yang dikeluarkan Rp. 10.000.000 sedangkan harga pasar dari
lemari arsip tersebut sebesar Rp. 9.000.000.
Jurnal :
Equipment                               Rp. 9.000.000
Loss on Self Construction      Rp. 1.000.000
Cost                                         Rp. 10.000.000
d. Diperoleh dari sumbangan
Bila suatu aktiva diperoleh dari sumbangan, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar FMV ditempat diterimanya aktiva tersebut, jika terdapat tambahan biaya sampai aktiva dalam keadaan siap pakai, maka biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut dan ditanggung oleh perusahaan dicatat untuk menambah nilai aktiva itu.
Contoh :
Perusahaan memperoleh sumbangan sebuah mesin dari Mentri Perindustrian di Jakarta yang harga pasarnya Rp. 60.000.000. Kemudian mesin itu diangkut ke Bandung dengan biaya sebesar Rp. 400.000 dan selanjutnya mesin ini dipasang dengan biaya pemasangan instalasi dan percobaan sebesar Rp. 1.600.000, semua biaya ini dibayar oleh perusahaan secara tunai.
Jurnal :
Machine          Rp. 60.000.000
Donated Capital          Rp. 60.000.000
Machine          Rp. 400.000
Cash                            Rp. 400.000
Machine          Rp. 1.600.000
Cash                            Rp. 1.600.000
Bila jurnal di atas disatukan menjadi :
Machine          Rp. 62.000.000
Donated Capital          Rp. 60.000.000
Cash                            Rp. 2.000.000
e. Diperoleh dengan cara menukar dengan saham.
Bila suatu aktiva ditukar dengan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan sendiri, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar harga pasar saham yang di serahkan, jika harga pasar saham tidak diketahui maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga pasar aktiva tersebut misalnya seharga tanah.
Contoh :
Perusahaan mengeluarkan atau menerbitkan 20.000 lembar common stock @
nominal Rp. 10.000 untuk ditukar dengan sebidang tanah, sedangkan harga pasar
saham pada waktu itu Rp. 16.000 per lembar.

Jurnal :
Land Rp. 320.000.000 à 20.000 x 16.000
Common Stock Rp. 200.000.000 à 20.000 x 10.000
Paid in Capital Rp. 120.000.000 à 20.000 x 6.000
Jika harga pasar saham tidak diketahui karena perusahaan tersebut tidak go publik, sedangkan harga pasar dari tanah tersebut seharga Rp. 300.000.000.
Jurnal :
Land Rp. 300.000.000
Common Stock Rp. 200.000.000 à 20.000 x 10.000
Paid in Capital Rp. 100.000.000



f. Ditukar tambah
Bila aktiva tersebut diperoleh dengan cara ditukar dengan aktiva yang sejenis atau aktiva yang berbeda jenis.
Kesimpulan :
Aktiva tetap selalu dicatat sebesar nilai perolehannya (cost) yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut dalam keadaan siap pakai ditempat
dan dapat digunakan.
Biaya perolehan untuk Tanah, yaitu :
harga beli, biaya balik nama (notaris), biaya makelar, biaya sertifikat, PBB, Biaya meratakan tanah.
Biaya bangunan (Self contraction), yaitu :
IMB, biaya gambar, biaya konsultan, biaya bahan, tkl dan BOP, biaya instalasi misalnya listrik, air, gas, telepon, ac, lift)
Land improvement (masa tahan > 1 tahun)
Biaya pembuatan pagar, jika dibenteng maka masuk ke building, biaya pelataran parkir, taman, riol/jalan/solokan.
Equipment, yaitu :
Harga beli, biaya angkut, baiay asuransi dalam perjalanan, assembling.

1.2.2 METODE DEPRESIASI
Aktiva tetap karena dipakai akan mengalami keausan teknis, keausan ekonomis sehingga nilainya makin lama makin berkurang. Pengurangan ini disebut depresiasi.
Depresiasi aktiva tetap selalu dicatat setiap akhir tahun (31 Desember) dengan jurnal:
Depreciation Expense             Rp. Xx
Acc. Depreciation                   Rp.xx
Faktor-Faktor yang mempengaruhi besarnya depresiasi aktiva tetap:
1. Nilai perolehan Aktiva tetap (Cost).
2. Nilai residu (Salvage value)
3. Umur ekonomis (Useful Life)
4. Metode Penyusutan (Depreciation)
Taksiran masa manfaat dipengaruhi oleh :
1. Physical factor misalnya keausan
2. Economic factor yaitu ketidaklayakan dan keusangan
Method of Depreciation :
1. Straight line method
2. Production/Activity Method
3. Decreasing charge method
a. Sum of the years digit
b. Declining Balance method
4. Special depreciation method
a. Group and composite method
b. Hybrid or combination method
                                   
1.      Metode garis lurus (Straight line method)
Metode ini paling sederhana dan banyak digunakan. Cara ini beban depresiasi setiap periode jumlahnya sama, kecuali bila ada penyesuaian.
Rumus :    cost – salvage value
                         Useful life

Contoh :
Dibeli sebuah kendaraan dengan nilai perolehan Rp 160.000.000,- Nilai residu Rp. 10.000.000 ,- Umur ekonomi 5 Tahun
Depresiasi setiap tahun sebesar :
160.000.000 – 10.000.000
------------------------------- = 30.000.000.
                                    5
Jurnal :
Depreciation Expense             Rp. 30.000.000
Acc. Depreciation                   Rp. 30.000.000
2.      Production method /activity method
a)      Production output method / Unit of Product
Dalam metode ini kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga setiap depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.
Rumus :
     Cost – salvage value
X Volume production
   Useful life/kapasitas total

Contoh :
Dibeli sebuah kendaraan dengan nilai perolehan Rp 16.000.000,- Nilai residu Rp. 1.000.000 ,- Umur ekonomi 100.000.000 unit produksi Th I = Hasil produksi = 32.000 unit Th II = Hasil produksi = 28.000 unit
Depr th I = 16.000.000 – 1.000.000
X 32.000 = Rp. 4.800
    100.000.000
Depr th II = 16.000.000 – 1.000.000
X 28.000 = Rp. 4.200
    100.000.000

b) Service hour method
Besarnya depr/th ditentukan oleh lamanya pemakaian fixed assets dalam tahun yang bersangkutan :
Rumus :
Cost – salvage value
X lama pemakaian aktiva tetap
      Useful life

Ex :
Nilai perolehan            = 16.000
Nilai residu                  = 1.000
Umur ekonomis           = 15.000 Jam
Th I = Pemakaian mesin          = 3.000 Jam
Th II = Pemakaian mesin        = 3.600 Jam
Jawab :
Depr th I = 16.000 – 1.000
X 3.000 = Rp. 3.000
15.000
Depr th II = 16.000 – 1.000
X 3.600 = Rp. 3.600
15.000
3.      Reducing/decreasing charge method
a)      Declining Balance Method
Menurut metode depresiasi ini pada tahun pertama besar dan tahun-tahun berikutnya menjadi kecil atau menurun.
Rumus : X% x nilai buku (Book value)
Book value = Nilai perolehan – akumulasi
Contoh :          Nilai perolehan            Rp. 16.000
Nilai residu                  Rp. 1.000
Umur ekonomis           Rp. 5 th

b)     Double Declining Balance Method
Untuk menghitung Double Declining Balance rumusnya sama dengan Declining Balance, namun prosentasi depresiasi pertahun dikalikan dengan angka dua.
Rumus : 2 x X% x nilai buku (Book value)
Book value = Nilai perolehan – akumulasi
c)      Sum of The Year Digits (jumlah angka dalam digit)
Metode ini dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap
tahun selalu berkurang dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.
Rumus :
 N1
X cost – salvage value
 ∑ n

1.2.3 Biaya selama aktiva dipakai
1. Revenue Expenditure
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau koperasi yang masa manfaatnya kurang dari satu tahun.
Jurnal :
Maintenance exp.        Rp. Xx
Repair exp.                  Rp. Xx
Cash                            Rp. Xx
2. Capital Expenditure,
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau koperasi yang masa manfaatnya lebih dari 1 tahun dan biasanya :
- Umur ekonomis Aktiva tersebut bertambah
- Kapasitas aktiva bertambah
- Kualitas aktiva bertambah
Misalnya :
- Betterment ( penggantian besar-besaran )
- Replecement ( Penggantian sebagian )
- Additions ( penambahan-penambahan ).
Keterangan :
- Apabila akibat dari Capital Expenditure tersebut hanya menambah umur
ekonomisnya saja, tetapi kapasitas dan kualitas dari aktiva tetap tersebut
tidak bertambah, maka dijurnal sebagai berikut :
Accumulated depr.     Rp. xx
Cash                            Rp. Xx
- Apabila akibat dari Capital Expenditure tersebut menambah kapasitas atau
kualitas dan umur ekonomis, maka dijurnal sebagai berikut :
Fixed Assets               Rp. xx
Cash                            Rp.xx

1.2.4 DISPOSAL OF FIXED ASSETS
1. Bila suatu aktiva tetap umur ekonomisnya sudah habis (nol) nilai residunya juga nol maka berarti cost dari aktiva itu akan sama dengan akumulatif depresiasinya.
Aktiva tetap yang dikeluarkan dari pembukuan perusahaan.
Contoh:
Suatu aktiva cost Rp. 200.000, akumulasi depresiasinya Rp. 20.000, maka solvage valuenya Rp. 0. Fixed asset ini dikeluarkan dari pembukuan perusahaan,
jurnalnya:
Jurnal :
Accum .Depr               Rp. xx
Fixed asset                  Rp. Xx
2.  Jika aktiva tetap tersebut sebelum habis umur ekonomisnya ternyata tidak dapat
lagi dipakai dan dikeluarkan dari pembukuan perusahaan, maka akan terdapat
suatu kerugian pelepasan aktiva tersebut .
Jurnal :
Accum.depr.               Rp. xx
Loss on disposal          Rp. xx
Fixed Asset                 Rp. xx
3. Penjualan aktiva tetap (sales of Fixed asset).
Jika suatu aktiva tetap di jual sebelum umur ekonomisnya habis maka ada dua
jurnal yang harus dicatat yaitu :
a. Mencatat depresiasi dari aktiva tsb dari tanggal 1 Januari ke tanggal penjualan.
b. Mencatat jurnal penjualan dengan terlebih dahulu mencari akumulasi depresiasinya dari tgl pakai ke tgl penjualan .
4. Pertukaran aktiva tetap (exchange of fixed assets )
Bila suatu aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap lain maka ada kemungkinan pertukaran tersebut :
a. Ditukar dengan aktiva yang sejenis, di dalam pertukaran aktiva yang sejenis (Fungsinya sama), misalnya mobil Toyota ditukar dengan mobil Mitsubisi, maka perlakuan akuntansi terhadap rugi dan labanya berbeda. Jika rugi maka harus dicatat, sedangkan jika laba harus ditangguhkan pencatatanya, laba tersebut mengurangi harga pasar aktiva yang baru.
b. Jika aktiva yang ditukar berlainan jenis (berbeda fungsinya) misalnya mobil dengan komputer. Jika pertukaran aktiva tetap tersebut dilakukan maka perlakuan terhadap rugi atau laba berbeda dengan pertukaran yang sejenis. Perlakuannya baik rugi ataupun laba di dalam pertukaran ini ke dua-duanya diakui dan harus di catat.
Pada prinsipnya pertukaran aktiva tetap terdapat dua jurnal seperti dalam penjualan aktiva tetap, yaitu :
1. Jurnal depresiasi dari tgl 1 Januari ke tgl pertukaran.
2. Jurnal pertukaran aktiva tetap tersebut dengan terlebih dahulu menghitung
besarnya akumulasi depresiasi .

No comments:

Post a Comment